This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 07 November 2017

Pengertian Distance Vektor

DISTANCE VECTOR ROUTING

Routing update terjadi secara periodik atau ketika topologi jaringan mengalami perubahan. Adalah hal yang sangat penting untuk routing protokol untuk meng-update table routing. Algoritma distance vector dijalankan di setiap router untuk mengirimkan informasi isi table routingnya ke router-router tetangganya. Table routing tersebut juga berisi informasi mengenai total cost jalur. Total cost jalur ditentukan oleh metric dan alamat logic dari router pertama pada jalur tiap-tiap jaringan dalam table routing.

Distance Vektor adalah sebuah alogaritma dalam menentukan IP pada proses routing. Algoritma ini cara kerjanya dengan membentuk tabel routing di jaringan adalah dengan cara setiap router memberikan informasi mengenai keadaan jaringan yang diketahui router tersebut kepada router-router tetangganya setiap selang waktu tertentu. Informasi keadaan jaringan tersebut adalah dalam bentuk distance-vector (vektor jarak), yaitu jumlah hop yang diperlukan untuk mencapai suatu jaringan. Router tetangga tersebut menyimpan dan mengolah informasi keadaan jaringan yang diterimanya dan juga me-nyampaikan informasi yang dimilikinya ke router- router tetangga yang lain. Hal ini terus berlangsung sampai seluruh router di jaringan mengetahui keadaan jaringan.

Contoh penggunaan algoritma distance-vector, Pada proses pengiriman datagram selalu menggunakan tabel routing. Datagram dapat dikirim langsung ke host tujuan atau harus melalui host lain terlebih dahulu tergantung pada tabel routing. Tabel routing terdiri dari entri-entri rute dan setiap entri rute paling tidak terdiri atas IP address, tanda untuk menunjukkan routing langsung atau tidak langsung, alamat router dan nomor interface. Semua router di jaringan baru dinyalakan. Pada saat ini semua router tidak memiliki informasi distance-vector kecuali pada dirinya sendiri. Informasi vektor jarak tersebut disimpan dalam bentuk tabel routing.

Dalam pembuatan tabel routing prosesnya ialah:

1. Tabel routing yang dimiliki masing-masing router akan berisi alamat jaringan yang terhubung langsung dengan router tersebut.

2. Secara periodik masing-masing router saling bertukar informasi sehingga isi tabel routing terisi lengkap (converged)

3. Jika terjadi perubahan topologi jaringan, maka router akan segera mengupdate informasi routing.

4. Proses update tiap-tiap router dilakukan secara bertahap.

5. Jika letak router jauh, maka dalam proses penerimaan informasi tentang perubahan jaringan akan lama pada suatu lokasi.

6. Terjadi masalah routing-loop akan menghabiskan BW.

Pada dasarnya macam-macam routing protokol yang menggunakan distance vektor ialah RIP

Distance vector routing loop

Routing loop dapat terjadi pada saat ketidak konsistenan table routing.

Contoh berikut ini menggambarkan kejadian tersebut :

Link State

Link-State  adalah sarana untuk berkomunikasi dasar dari OSPF routing protocol untuk internet protocol,sementara internet protocol adalah sebuah protocol komunikasi di internet.jadi bisa saya simpulkan pengertian dariLink-State Advertisement adalah sebuah sarana yang menjadi dasar OSPF untuk routing di protocol komunikasi internet.

Jenis- jenis LSA

LSA memiliki jenis –jenis , tapi kali ini saya akan rangkum sekitar 11 jenis saja yaitu sebagai berikut

1. Tipe 1-router LSA cara kerjanya router mengumumkan kehadirannya dan daftar link ke router lain atau satu jaringan yang sama,dan bersama-sama dengan metric kepada mereka .ID link state dari jenis 1 LSA adalah ID routernya sendiri-sendiri,Tipe 1 LSA daerahnya di banjiri(flood) mereka sendiri.

2. Tipe 2 –Jaringan LSA – router yang istimewa seperti yang saya jelaskan di atas (Designated Route(DR)) pada segmen broadcast / segmen siaran (misalnya Ethernet) terdapat daftar router yang bergabung bersama oleh segment. ID link state dari tipe 2 LSA adalah alamat ip interface dari Designated Route(DR).sama seperti tipe 1 tipe 2 LSA juga di banjiri (di flood)didaerahnya sendiri.

3. Tipe 3 –Summary LSA(ringkasan) Area Border Router (ABR) mengambil informasi dari salah satu daerah yang melekat dan merangkum itu sebelum di kirim ke daerah lain yang terhubung . (apasih enaknya menggunakan tipe 3 ini) itu karena summarization ini membantu menyediakan skalabilitas (dengan cara apa?)dengan cara menghapus

iformasi topologi daerah lain,karena informasi routing di rinkas menjadi hanya sebuah awalan alamat dan metric.ID link state adalah jumlah jaringan tujuan untuk 3 jenis LSA .Proses summarization dapat di konfigurasi untuk menghapus banyak prefik alamat rinci dan menggantinya dengan awalan Summary tunggal,membantu skalabilitas.

4. Tipe 4 ASBR-Summary LSA –ini diperlukan karena jenis 5 LSA eksternal mengalami Flood(banjir) keseluruh area dan informasi next-hop berada di daerah lain karena mungkin

menggunakan protocol routing yang berbeda.Kasus ini di selesaikan oleh ASBR dimana berasal dari 5 jenis ID link-state adalah ID router di jelaskan untuk tipe 4 LSA.

5. Tipe 5 Eksternal LSA – LSA ini berisi informasi yang diimpor ke OSPF dari proses routing lain. Tipe ini mem flod semua daerah tidak berubah kecuali stub dan NSSA .

Tipe ini terdapat 2 jenis yang pertama Metric Eksternal Tipe 1 pengirimanya adalah cost(dalam bahasa Indonesia adalah “biaya”) metric dikirim ,sebagai total cost(biaya ) untuk sampai tujuan Eksternal dan termasuk cost untuk ASBR. Eksternal tipe 2 LSA pengirimanyacost dari dari ASBR ke jaringan tujuan eksternal harus ditambahkan dengan cost(biaya) OSPF untuk ASBR advertisement tipe 5 LSA adalah nomor jaringan eksternal.

6. Tipe 6 – keanggotaan LSA ini hanya di dukung beberapa router saja karena ini di definisikan untuk multicast ekstensi OSPF (MOSPF) sebuah multicast . Sayangnya multicast ini tidak digunakan secara umum (kenapa?) karena using sejak munculnya OSPFv3 dan saat ini tidak digunakan . Mungkin kalo IPv6 sudah mulai digunakan baru ini digunakan kembali.

7. Tipe 7 router Not-so-stubby-area(NSSA) tidak menerima LSA dari ABR tapi masih diperbolehkan untuk mengirim informasi routing Eksternal untuk redistribusi mereka mengguakan tipe 7 LSA untuk memberitahukan ABR tentang rute –rute Eksternal(baik sekali ya) dan kemudian area border router(ABR) di terjemahkan ke tipe 5 LSA eksternal dan flood seperti biasa ke seluruh jaringan .

8. Tipe 8 berupa link local LSA saja untuk OSPFv3 .tipe 8 LSA digunakan untuk memberikan informasi tentang alamat link local dan daftar alamat IPv6 pada link.sekarang dalam OSPF v2 pada tipe 8 ini untuk digunakan sebagai External –

Atribut –LSA autonomous system OSPFv2 bisa menggantikan Internal Border Gateway Protocol(IBGP) . Dalam jaringan ini tujuan BGP akan dimasukan di LSA tipe 5

sementara atribut BGP akan dimasukan ke LSA Jenis 8.

9. Tipe 9 sebuah link-lokal “opaque” (buram dalam Bahasa Indonesia)LSA ,di OSPFv2 dan Intra-Area-Prefix LSA di OSPFv3 .ini adalah LSA OSPFv3 yang berisi awalan untuk

rintisan dan transit jaringan di ID link-state.

10. Tipe 10 area-local "opaque"(buram) LSA ini berisi tentang informasi yang harus di flood oleh rouer lain bahkan kalo tidak bisa memahaminya (informasi).Digunakan untuk

apakah tipe ini ?. Biasanya tipe ini (tipe10 LSA) digunakan untuk ekstensi rekayasa lalu lintas ke OSPF ,flood(banjir) informasi tambahan tentang link sekedar metric

mereka ,seperti bandwidth link dan warna.

11. Tipe 11 AS "opaque"(buram) LSA jenis ini mem flood atau membanjiri di mana-mana kecuali daerah rintisan . ini adalah opaque(buram) setara tipe 5 eksternal.

Materi Table Routing

Pengertian Tabel Routing

Table routing adalah table yang memuat seluruh informasi IP address dari interfaces router yang lain sehingga router yang satu dengan router lainnya bisa berkomunikasi.

Routing table hanya memberikan informasi sedang routing algoritma yang menganalisa dan mengatur routing table. Intinya, router hanya tahu cara menghubungkan nertwork atau subnet yang terubung langsung dengan router tersebut.

Ada 2 item yang harus dimasukan oleh table routing untuk mengirim paket data, diantaranya:
1. Destination Address
Destination Address merupakan sebuah alamat pada jaringan yang dapat dijangkau oleh router.

2. Pointer to the Destination
Pointer to the Destination merupakan penunjuk yang akan memberitahukan bahwa jaringan atau network yang dituju dapat terhubung dengan router.

Router akan menyesuaikan informasi yang terdapat pada table routing sebelum mengirimkan ke alamat tujuan sehingga tidak ada yang namanya salah sasaran dalam mengirimkan paket data.

Berikut adalah urutan pada table routing untuk menyesuaikan alamat tujuan:

    Host Address
    Subnet
    Group of Subnet
    Major network number
    Group of major network numbers
    Default address



Jika data yang dikirimkan oleh pengirim ke alamat atau jaringan yang dituju tidak sesuai dengan entri diatas maka paket data yang telah dikirimkan oleh pengirim akan dibuang dan pengirim data akan diberikan pesan oleh router bahwa data yang dikirim telah di drop karena ketidaksesuain dan terjadi kesalahan pengalamatan pada address source pengirim.

Paket Forwading

 Paket Forwading


Packet forwarding adalah penyampaian paket dari satu segmen jaringan ke segmen lainnya melalui node dalam jaringan komputer. Lapisan Jaringan dalam model Open System Interconnection (OSI) bertanggung jawab atas packet forwarding. [1] Model penerusan paling sederhana - unicasting - melibatkan sebuah paket yang dikirimkan dari link ke link di sepanjang rantai yang mengarah dari sumber paket ke tempat tujuannya. Namun, strategi forwarding lainnya biasa digunakan. Penyiaran memerlukan paket untuk diduplikasi dan salinan dikirim pada beberapa tautan dengan tujuan mengirimkan salinan ke setiap perangkat di jaringan. 

Dalam prakteknya, paket siaran tidak diteruskan ke mana-mana di jaringan, namun hanya untuk perangkat dalam domain broadcast, membuat siaran menjadi istilah relatif. Kurang umum daripada penyiaran, tapi mungkin utilitas dan signifikansi teoritis yang lebih besar, multicasting, di mana sebuah paket diseleksi secara selektif dan salinan dikirimkan ke masing-masing kumpulan penerima. Teknologi jaringan cenderung secara alami mendukung model forwarding tertentu. Misalnya, serat optik dan kabel tembaga berjalan langsung dari satu mesin ke mesin lain untuk membentuk media unicast alami - data yang dikirimkan pada satu ujung hanya diterima satu mesin di ujung yang lain. Namun, seperti yang digambarkan dalam diagram, node dapat meneruskan paket untuk membuat distribusi multicast atau broadcast dari media unicast secara alami. 

Demikian pula, Ethernet tradisional (10BASE5 dan 10BASE2, namun bukan 10BASE-T yang lebih modern) adalah media penyiaran alami - semua node dilekatkan pada satu kabel panjang dan satu paket yang dikirimkan oleh satu perangkat terlihat oleh setiap perangkat lain yang terhubung ke kabel. . Node Ethernet menerapkan unicast dengan mengabaikan paket yang tidak secara langsung ditujukan kepada mereka. Jaringan nirkabel secara alami multicast - semua perangkat dalam radius penerimaan pemancar dapat menerima paketnya. Node nirkabel mengabaikan paket yang ditujukan ke perangkat lain, namun memerlukan penerusan untuk mencapai nodus di luar radius penerimaan mereka. Di simpul di mana beberapa tautan keluar tersedia, pilihan yang digunakan semua, atau yang digunakan untuk meneruskan paket tertentu memerlukan proses pengambilan keputusan, walaupun konsepnya sederhana, terkadang membingungkan. Karena keputusan forwarding harus dibuat untuk setiap paket yang ditangani oleh sebuah node, total waktu yang dibutuhkan untuk ini dapat menjadi faktor pembatas utama dalam kinerja jaringan secara keseluruhan.

 Sebagian besar upaya perancangan router berkecepatan tinggi dan switch telah difokuskan untuk membuat keputusan forwarding yang cepat untuk sejumlah besar paket. Keputusan penerusan umumnya dibuat dengan menggunakan salah satu dari dua proses: routing, yang menggunakan informasi yang dikodekan dalam alamat perangkat untuk menyimpulkan lokasinya di jaringan, atau menjembatani, yang tidak membuat asumsi tentang lokasi alamat dan sangat bergantung pada penyiaran untuk menemukan lokasi yang tidak diketahui. alamat. Beban overhead penyiaran telah menyebabkan dominasi perutean di jaringan besar, terutama di Internet; bridging sebagian besar diturunkan ke jaringan kecil dimana overhead penyiaran dapat ditolerir. Namun, karena jaringan besar biasanya terdiri dari banyak jaringan yang lebih kecil yang saling terkait, tidak tepat jika penyatuan tidak ada gunanya di Internet; Sebaliknya, penggunaannya dilokalisasi. Sebuah jaringan dapat menggunakan salah satu dari dua metode yang berbeda untuk meneruskan paket: simpan-dan-maju atau potong. [2]

Pengertian CIDR dan VLSM

CIDR (Classless Inter-Domain Routing)

Classless Inter-Domain Routing (CIDR) adalah sebuah cara alternatif untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan sistem klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. Disebut juga sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing dengan membagi alamat IP jaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C.
CIDR digunakan untuk mempermudah penulisan notasi subnet mask agar lebih ringkas dibandingkan penulisan notasi subnet mask yang sesungguhnya. Untuk penggunaan notasi alamat CIDR pada classfull address pada kelas A adalah /8 sampai dengan /15, kelas B adalah /16 sampai dengan /23, dan kelas C adalah /24 sampai dengan /28. Subnet mask CIDR /31 dan /32 tidak pernah ada dalam jaringan yang nyata.



VLSM (Variable Length Subnet Mask)

VLSM adalah pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam VLSM dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam clasik subneting, subnet zeroes, dan subnet- ones tidak bisa digunakan. selain itu, dalam subnet classic, lokasi nomor IP tidak efisien.
Pada metode VLSM subnetting yang digunakan berdasarkan jumlah host, sehingga akan semakin banyak jaringan yang akan dipisahkan. Tahapan perhitungan menggunakan VLSM IP Address yang ada dihitung menggunakan CIDR selanjutnya baru dipecah kembali menggunakan VLSM. Maka setelah dilakukan perhitungan maka dapat dilihat subnet yang telah dipecah maka akan menjadi beberapa subnet lagi dengan mengganti subnetnya.



Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat berkomunikasi kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan network-nya dapat memenuhi persyaratan, sebagai berikut:

    routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol :  RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya, bahan bacaan lanjut protocol routing : CNAP 1-2),
    semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung metode VLSM yan menggunakan algoritma penerus packet informasi

Contoh Penerapan VLSM: 130.20.0.0/20
Kita hitung jumlah subnet dahulu menggunakan CIDR, dan didapat:
11111111.11111111.11110000.00000000 = /20
Jumlah angka binary 1 pada 2 oktat terakhir subnet adalah 4 maka:
Jumlah subnet = (2x) = 24 = 16
Maka blok tiap subnetnya adalah:
Blok subnet ke 1 = 130.20.0.0/20
Blok subnet ke 2 = 130.20.16.0/20
Blok subnet ke 3 = 130.20.32.0/20
dst … sampai dengan
Blok subnet ke 16 = 130.20.240.0/20
Selanjutnya kita ambil nilai blok ke 3 dari hasil CIDR yaitu:
130.20.32.0
Kemudian kita pecah menjadi 16 blok subnet, dimana nilai 16 diambil dari hasil perhitungan subnet pertama yaitu:
 /20 = (2x) = 24 = 16
Selanjutnya nilai subnet di ubah tergantung kebutuhan untuk pembahasan ini kita gunakan /24, maka didapat:
 130.20.32.0/24
Kemudian diperbanyak menjadi 16 blok lagi sehingga didapat 16 blok baru yaitu :
Blok subnet VLSM 1-1 = 130.20.32.0/24
Blok subnet VLSM 1-2 = 130.20.33.0/24
Blok subnet VLSM 1-3 = 130.20.34.0/24
Blok subnet VLSM 1-4 = 130.20.35.0/24
dst … sampai dengan
Blok subnet VLSM 1-16  = 130.20.47/24
Selanjutnya kita ambil kembali nilai ke 1 dari blok subnet VLSM 1-1 yaitu
130.20.32.0
Kemudian kita pecah menjadi 16:2 = 8 blok subnet lagi, namun oktat ke 4 pada Network ID yang kita ubah juga menjadi 8 blok kelipatan dari 32 sehingga didapat :
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.32.0/27
Blok subnet VLSM 2-2 = 130.20.32.32/27
Blok subnet VLSM 2-3 = 130.20.33.64/27
Blok subnet VLSM 2-4 = 130.20.34.96/27
Blok subnet VLSM 2-5 = 130.20.35.128/27
Blok subnet VLSM 2-6 = 130.20.36.160/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.37.192/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.38.224/27
Manfaat VLSM:

    Efisien menggunakan alamat IP karena alamat IP yang dialokasikan sesuai dengan kebutuhan ruang host setiap subnet.
    VLSM mendukung hirarkis menangani desain sehingga dapat secara efektif mendukung rute agregasi, juga disebut route summarization.
    Berhasil mengurangi jumlah rute di routing table oleh berbagai jaringan subnets dalam satu ringkasan alamat. Misalnya subnets 192.168.10.0/24, 192.168.11.0/24 dan 192.168.12.0/24 semua akan dapat diringkas menjadi 192.168.8.0/21.

SUPERNETTING
Supernetting adalah teknik penggabungan beberapa subnet, dimana manfaat dari supernetting ini adalah untuk mempersingkat routing table sebuah router sehingga menghemat memori pada router tersebut.
Supernetting merupakan kebalikan dari Subnetting, dimana dalam hal ini penambahan jumlah Host dalam jaringan dilakukan dengan meminjam beberapa bit network untuk dijadikan bit Host dalam membentuk IP-Address pada Supernet, dengan memperhatikan jumlah Nomor Host yang akan digabung.
Pengaturan IP-Address pada super jaringan (supernet) ada prosedurnya tersendiri, yaitu sebagai berikut :
Prosedur Supernetting

    Pada Supernetbit Host yang bernilai nol semua berfungsi sebagai Supernet Address, bit Host yang bernilai satu semua berfungsi sebagai Broadcast Address.
    Pada proses netmasking, IP-Address untuk Supernet-mask ditentukan dengan mengganti semua bit Network dengan bit 1, dan mengganti semua bit Host (termasuk bit Host yang dipinjam dari bit Network) dengan bit 0.Contohnya pembentukan supernet dari gabungan 4 buah jaringan Kelas-C dengan meminjam 2 bit Network, maka komposisi bit 1 dan bit 0 pada proses netmasking :

Sebelum Subnetting:
110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh
Proses netmasking:
 11111111.11111111.11111111.00000000
Subnet-maskKls-C:
 255.255.255.0
Setelah Supernetting:
110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnHH.hhhhhhhh
Proses netmasking:
11111111.11111111.11111100.00000000
Supernet-mask:
255.255.252.0